Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berburu Ubur-ubur di Teluk Saleh

Kompas.com - 04/11/2011, 10:25 WIB
Khaerul Anwar

Penulis

MATARAM, KOMPAS.com — Nelayan Teluk Saleh di Pulau Sumbawa, Nusa Tenggara Barat, dalam tiga bulan terakhir lebih banyak memburu ubur-ubur ketimbang melaut menangkap ikan. Ubur-ubur diburu mengingat biota laut itu intensitas bertelurnya semakin lama di Teluk itu selain adanya pengusaha yang menampung hasil tangkapan ubur-ubur mereka.

"Tahun ini populasi ubur-ubur luar biasa banyak. Nelayan pun hampir tidak ada yang pergi mancing ikan," ujar Ibun Taufik Hisbulhaq, dari Live and Enviromental Education Marine Specialist, Jumat (4/11/2011) pagi di Mataram.

Ibun menilai, kejadian di Teluk Saleh—salah satu sentra pengembangan perikanan dan wisata yang ditetapkan Pemprov NT—itu adalah fenomenal. Karenanya, kini pihaknya tengah melakukan penyelidikan penyebab intensitas bertelurnya ubur-ubur di sana seperti ada-tidaknya pengaruh perubahan cuaca global, naik-turunnya suhu air laut, dan terganggunya ekosistem laut.

"Dua tahun lalu, pemijahan berlangsung relatif singkat, sebulan. Tahun ini pemijahan berjalan tiga bulan dari September hingga November, lalu para nelayan memburu ubur-ubur, apalagi ada pengusaha yang bersedia membeli," ucap Ibun.

Sedikitnya ada 100 perahu maupun sampan yang beroperasi tiap hari yang melibatkan warga Desa Sangoro dan Labuhan Terata (Kabupaten Sumbawa) dan Desa Soro (Kabupaten Dompu).

Nelayan 3-4 kali pulang-pergi dari laut ke daratan menangkap dan membawa ubur-ubur. Penangkapan ubur-ubur dimulai pukul 14.00 hingga pagi hari. Satu perahu bisa mendapatkan 10 bak atau 400 kilogram. Harga ubur-ubur Rp 45.000-Rp 50.000 per satu bak, dan dijual ke pengusaha dari Singapura dan Malaysia yang datang ke lokasi.

Karnan, peneliti marine biology dan dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Mataram belum bisa memastikan berkembangnya populasi yang demikian besar itu. Namun, diduga penyebabnya antara lain di Teluk Saleh tersedia bahan pakan yang cukup. Di beberapa tempat di dunia, produktivitas bahan pakan primer menurun 6 persen akibat perubahan iklim sejak 1980-an.

Bisa jadi pula tingkat keasamaan dan suhu Teluk Saleh memang cocok bagi pemijahan ubur-ubur yang masa kawin biasanya terjadi bersamaan. Hanya diingatkan, ubur-ubur memiliki dino plageta (plankton beracun) yang disebut ciguatera.

Zat ini menjadikan air laut berwarna merah. "Jika zat itu dimakan ikan, bisa mematikan, termasuk mengancam nyawa manusia yang mencoba menyantap ikan yang terkena zat itu," kata Karnan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau